Defenisi Dislipidemia
Dislipidemia
adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan fraksi lipid dalam plasma, yaitu peningkatan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, dan/atau trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol HDL
dalam darah (Almatsier, 2005). Dislipidemia merupakan salah satu faktor risiko
utama aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Dislipidemia adalah salah
satu komponen dalam trias sindrom metabolik selain diabetes dan hipertensi.
Etiologi Penyakit
Etiologi dari
dislipidemia dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai
berikut (Bachri 2004).
Faktor Jenis
Kelamin
Risiko terjadinya
dislipidemia pada pria lebih besar daripada wanita. Hal tersebut disebabkan
karena pada wanita produktif terdapat efek perlindungan dari hormon reproduksi.
Pria lebih banyak menderita aterosklerosis, dikarenakan hormon seks pria
(testosteron) mempercepat timbulnya aterosklerosis sedangkan hormon seks wanita
(estrogen) mempunyai efek perlindungan terhadap aterosklerosis. Akan tetapi
pada wanita menopause mempunyai risiko lebih besar terhadap terjadinya
aterosklerosis dibandingkan wanita premenopouse.
Faktor Usia
Semakin tua usia
seseorang maka fungsi organ tubuhnya semakin menurun, begitu juga dengan
penurunan aktivitas reseptor LDL, sehingga bercak perlemakan dalam tubuh
semakin meningkat dan menyebabkan kadar kolesterol total lebih
tinggi, sedangkan kolesterol HDL relatif tidak berubah. Pada usia 10 tahun
bercak perlemakan sudah dapat ditemukan di lumen pembuluh darah dan meningkat
kekerapannya pada usia 30 tahun.
Faktor Genetik
Faktor genetik
merupakan salah satu faktor pencetus terjadinya dislipidemia. Dalam ilmu
genetika menyebutkan bahwa gen untuk sifat – sifat tertentu (spesific
– trait) diturunkan secara berpasangan yaitu kita memerlukan satu gen dari
ibu dan satu gen dari ayah, sehingga kadar hiperlipidemia tinggi dapat
diakibatkan oleh faktor dislipidemia primer karena faktor kelainan genetik.
Faktor Kegemukan
Kegemukan erat
hubungannya dengan peningkatan risiko sejumlah komplikasi yang dapat terjadi
sendiri – sendiri atau bersamaan. Kegemukan disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara energi yang masuk bersama makanan, dengan energi yang dipakai. Kelebihan
energi ini ditimbun dalam sel lemak yang membesar. Pada orang yang kegemukan
menunjukkan output VLDL trigliserida yang tinggi dan kadar trigliserida
plasma yang lebih tinggi. Trigliserida berlebihan dalam sirkulasi juga
mempengaruhi lipoprotein lain. Bila trigliserida LDL dan HDL mengalami
lipolisis, akan menjadi small dense LDL dan HDL, abnormalitas ini secara
tipikal ditandai dengan kadar HDL kolesterol yang rendah.
Faktor Olah Raga
Olah raga yang
teratur dapat menyebabkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan
trigliserida menurun dalam darah, sedangkan kolesterol HDL meningkat secara
bermakna. Lemak ditimbun dalam di dalam sel lemak sebagai trigliserida.
Olahraga memecahkan timbunan trigliserida dan melepaskan asam lemak dan
gliserol ke dalam aliran darah.
Faktor Merokok
Merokok dapat
meningkatkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan menekan
kolesterol HDL. Pada seseorang yang merokok, rokok akan merusak dinding
pembuluh darah. Nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang hormon
adrenalin, sehingga akan mengubah metabolisme lemak yang dapat menurunkan kadar
kolesterol HDL dalam darah.
Faktor Makanan
Konsumsi tinggi
kolesterol menyebabkan hiperkolesterolemia dan aterosklerosis. Asupan tinggi
kolesterol dapat menyebabkan peningkatan kadar kolesterol total dan LDL
sehingga mempunyai risiko terjadinya dislipidemia.
Patofisiologi
Dislipidemia
Jalur Metabolisme
Eksogen
Makanan berlemak
yang kita makan terdiri atas trigliserid dan kolesterol. Selain kolesterol yang
berasal dari makanan, dalam usus juga terdapat kolesterol dari hati yang
diekstresi bersama empedu ke usus halus. Baik lemak di usus halus yang berasal
dari makanan maupun yang berasal dari hati disebut lemak eksogen. Trigliserid
dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus
halus. Trigliserid akan diserap sebagai asam lemak bebas sedang kolesterol
sebagai kolesterol. Di dalam usus halus asam lemak bebas akan
diubah lagi menjadi trigliserid, sedang kolesterol
akan mengalami esterifikasi menjadi kolesterol ester
dan keduanya bersama dengan fosfolipid dan apoloprotein akan
membentuk lipoprotein yang dikenal dengan kilomikron.
Kilomikron ini
akan masuk ke saluran limfe dan akhirnya melalui duktus torasikus akan masuk ke
dalam aliran darah. Trigliserid dalam kilomikron akan mengalami hidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel menjadi asam lemak bebas free
tatty acid (FFA) non-esterified fatty acid (NEFA). Asam lemak bebas
dapat disimpan sebagai trigliserid kembali dijaringan lemak (adiposa), tetapi
bila terdapat dalam jumlah yang banyak sebagian akan diambil oleh hati menjadi
bahan untuk pembentukan trigliserid hati. Kilomikron yang sudah kehilangan
sebagian besar trigliserid akan menjadi kilomikron remnant yang mengandung
kolesterol ester dan akan dibawa ke hati (Anonim 2010).
Jalur Metabolisme
Endogen
Trigliserid dan
kolesterol yang disintesis di hati disekresi ke dalam sirkulasi sebagai
lipoprotein B100. Dalam sirkulasi, triglisirid di VLDL akan mengalami
hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase (LPL), adan VLDL berubah menjadi IDL
yang juga akan mengalamihidrolisis dan berubah menjadi LDL. Sebagian dari VLDL,
IDL dan LDL akan mengangkutkolesterol ester kembali ke hati. LDL adalah
lipoprotein yang paling banyak mengandungkolesterol. Sebagian dari kolesterol
di LDL akan dibawa ke hati dan jaringan steroidogenik lainnya seperti
kelenjar adreal, testis, dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol–
LDL. Sebagian lagi dari kolesterol – LDL akan mengalami oksidasi dan ditangkap
olehreseptor seavebger – A (SR-A) di makrofag dan akan menjadi sel busa (foam
cell).
Makin banyak
kadar kolesterol-LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasidan
ditangkap oleh sel makrofag. Jumlah kolesterol yang akan teroksidasi tergantung
darikadar kolesterol yang terkandung di LDL. Beberapa keadaan mempengaruhi
tingkat oksidasiseperti:
Meningkatnya
jumlah LDL seperti pada sindrom metabolic dan diabetes militus.
Kadar kolesterol
– HDL, makin tinggi kadar HDL maka HDL bersifat protektif terhadap oksidasi LDL
(Anonim 2010).
Jalur Reverse
Cholesterol Transport
HDL
dilepaskan sebagai partikel kecil miskin
kolesterol yang mengandung apoliprotein (apo) A, C, dan E: dan
disebut HDLnascent. HDL nascent berasal dari usushalus dan hati, mempunyai
bentuk gepeng dan mengandung apoliprotein A1. HDL nascent akan mendekati
makrofag untuk mengambil kolesterol yang tersimpan di makrofag. Setelah
mengambil kolesterol dari makrofag. HDLnesecant berubah menjadi HDL dewasa yang
berbentuk bulat. Agar dapat diambil oleh HDLnescent , kolesterol
(kolesterol bebas) dibagian dalam dari mikrofag harus dibawa kepermukaan
membran sel mekrofag oleh suatu transporter yang disebut adenosine
triphosphate-binding cassette transporter-1 atau disingkat ABC-1.
Setelah
mengambil kolesterol bebas dari sel makrofag,
kolesterol bebas akan diesterfikasi menjadi kolesterol ester enzim
lecithin choles-trol acyltransferase (LCAT). Selanjutnya sebagian kolesterol
ester yang dibawa oleh HDL akan mengambil dua jalur. Jalur pertama ialah
ke hati dan ditangkap oleh scavenger receptor class B type 1 dikenal
denganSR-B1. Jalur kedua dari VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester
transfer protein (CETP). Dengan demikian fungsi HDL
sebagai “penyiap” kolesterol dari makrofag mempunyai dua
jalur yaitu langsung ke hati dan jalur tidak langsung melalui VLDL danIDL untuk
membawa kolesterol kembali ke hati (Anonim 2010).
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala
dislipidemia tidak terlihat, oleh karena itu untuk mengetahui adanya tanda
dislipidemia harus dilakukan pemeriksaan laboratorium. Untuk menilai apakah
kadar kolesterol seseorang tinggi atau rendah, semuanya harus mengacu pada
pedoman umum yang telah disepakati dan digunakan diseluruh dunia yaitu pedoman
dari NCEP ATP III (National cholesterol Education Program, Adult Panel
Treatment III), yang antara lain menetapkan bahwa :
Total Kolesterol
:
Nilai Normal < 200 mg/dl
Perbatasan tinggi 200 – 239 mg/dl
Tinggi > 240 mg/dl
Nilai Normal < 200 mg/dl
Perbatasan tinggi 200 – 239 mg/dl
Tinggi > 240 mg/dl
LDL Kolesterol :
Optimal < 100 mg/dl
Mendekati optimal 100 – 129 mg/dl
Perbatasan tinggi 130 – 159 mg/dl
Tinggi 160 – 189 mg/dl
Sangat tinggi > 190 mg/dl
Optimal < 100 mg/dl
Mendekati optimal 100 – 129 mg/dl
Perbatasan tinggi 130 – 159 mg/dl
Tinggi 160 – 189 mg/dl
Sangat tinggi > 190 mg/dl
HDL Kolesterol :
Rendah < 40 mg/dl
Tinggi 60 mg/dl
Rendah < 40 mg/dl
Tinggi 60 mg/dl
Trigliserida
Normal < 150 mg/dl
Perbatasan tinggi 150 -199 mg/dl
Tinggi 200 – 499 mg/dl
Sangat tinggi > 499 mg/dl
Normal < 150 mg/dl
Perbatasan tinggi 150 -199 mg/dl
Tinggi 200 – 499 mg/dl
Sangat tinggi > 499 mg/dl
Pengobatan,
Perawatan dan Pencegahan
Pengobatan dapat
dilakukan secara farmakologi dengan pemakaian obat-obatan atau non farmakologi
tanpa menggunakan obat-obatan. Penurunan kadar kolesterol dalam darah dengan
pengobatan non farmakologi dapat dilakukan dengan cara :
Terapi diet
Terapi diet dimulai
dengan menilai pola makan pasien, mengidentifikasi makanan yang mengandung
banyak lemak jenuh dan kolesterol serta berapa sering keduanya dimakan. Jika
diperlukan ketepatan yang lebih tinggi untuk menilai asupan gizi, perlu
dilakukan penilaian yang lebih rinci, yang biasanya membutuhkan bantuan ahli
gizi. Penilaian pola makan penting untuk menentukan apakah harus dimulai dengan
diet tahap I atau langsung ke diet tahap ke II. Hasil diet ini terhadap
kolesterol serum dinilai setelah 4-6 minggu dan kemudian setelah 3 bulan.
Latihan jasmani
Dari beberapa
penelitian diketahui bahwa latihan fisik dapat meningkatkan kadar HDL dan Apo
AI, menurunkan resistensi insulin, meningkatkan sensitivitas dan meningkatkan
keseragaman fisik, menurunkan trigliserida dan LDL, dan menurunkan berat badan.
Setiap melakukan
latihan jasmani perlu diikuti 3 tahap :
Pemanasan dengan
peregangan selama 5-10 menit
Aerobik sampai
denyut jantung sasaran yaitu 70-85 % dari denyut jantung maximal ( 220 – umur )
selama 20-30 menit .
Pendinginan
dengan menurunkan intensitas secara perlahan – lahan, selama 5-10 menit.
Frekwensi latihan sebaiknya 4-5 x/minggu dengan lama latihan seperti diutarakan
diatas. Dapat juga dilakukan 2-3x/ minggu dengan lama latihan 45-60 menit dalam
tahap aerobik.
Farmakologi
Bila terapi Non
Farmakologi tidak berhasil maka kita dapat memberikan bermacam-macam obat
normolipidemia tergantung dari jenis dislipidemia yang kita dapat. Beberapa hal
yang perlu kita pertimbangkan adalah kemampuan dari pada obat obat tersebut
dalam mempengaruhi KHDL, Trigliserida, Fibrinogen, KLDL, dan juga diperhatikan
pengaruh atau efek samping dari pada obat-obat tersebut. Saat ini didapat
beberapa golongan obat :
Golongan resin (
sequestrants )
Asam nikotinat
dan Acipimox
Golongan Statin
(HMG-CoA Reductase Inhibitor)
Derivat Asam
Fibrat
Probutol
Lain – lain
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
klien
Nama
:
Usia
:
Agama
:
Pekerjaan
:
JK
:
Status pernikahan:
Alamat
:
Tanggal pengkajian:
2. Keluhan
Utama Klien
3. Riwayat
Kesehatan Sekarang
4. Riwayat
Kesehatan Dahulu
5. Riwayat
Kesehatan Keluarga
B. Diagnosa
1. Perfusi
jaringan, kerusakan : perifer berhubungan dengan hambatan aliran darah vena
(trombosis) akibat penyumbatan darah karenan kolestrol.
2. Penurunan
curah jantung b.d pre load dan after load jantung.
3. Perfusi
jaringan kardiopulmonal tidak efektif b/d gangguan aliran arteri dan vena
C.
Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan/Kriteria Hasil
|
Rencana Keperawatan
|
|
Intervensi
|
Rasional
|
|||
1.
|
Perfusi
jaringan, kerusakan : perifer berhubungan dengan hambatan aliran darah vena
(trombosis) akibat penyumbatan darah karenan kolestrol
|
· Mempertahankan
perfusi individu yang tepat misalnya, kulit hangat /kering, adanya nadi
perifer/kuat, tanda vital dalam rentang normal.
· Pasien
menunjukkan perilaku yang mulai membaik
|
1. Awasi
tanda vital. Palpasi nadi perifer secara rutin : evaluasi pengisian kapiler
dan perubahan mental. Catat keseimbangan cairan 24 jam
2. Dorong
latihan rentang gerak seiring untuk kaki dan tumit
3. Kaji
tanda horman, kemerahan dan edema betis
Kolaborasi
1. Berikan
heparin sesuai indikasi
|
1.
Indikator keadekuatan sirkulasi
2. Merangsang
sirkulasi pada ekstremitas bawah ; menurunkan statis vena.
3. Indikator
pembentukan trombus tetapi tidak selalu ada pada individu gemuk
1.
dapat digunakan secara profilaksis untuk menurunkan resiko pembentukan
trombosis atau mengobati tromboemboli
|
2.
|
Penurunan
curah jantung b.d pre load dan after load jantung
|
kriteria hasil:
v Tanda Vital dalam rentang normal (Tekanan darah, Nadi, respirasi)
v Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
v Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
v Tidak
ada penurunan kesadaran
v AGD
dalam batas normal
v Tidak
ada distensi vena leher
v Warna
kulit normal
|
v Pantau TTV
v Catat
adanya disritmia jantung
v Catat
adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
v Berikan
lingkungan yang aman dan nyaman
|
1. Mengetahui
perbandingan dari tekanan darah terkait masalah vaskuler
2. Untuk
mengetahui efek dari vasokontriksi dan kongesti vena jantung
3. Dapat
mengindikasikan gagal jantung
4. Membantu
menurunkan rangsang simpatis dan meningkatkan relaksasi.
|
3.
|
Perfusi
jaringan kardiopulmonal tidak efektif b/dgangguan aliran arteri dan vena
|
kriteria
hasil:
v Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
v CVP dalam batas normal
v Nadi perifer kuat dan simetris
v Tidak ada oedem perifer dan asites
v Denyut jantung, AGD, ejeksi fraksi dalam batas normal
v Bunyi jantung abnormal tidak ada
v Nyeri dada tidak ada
v Kelelahan yang ekstrim tidak ada
v Tidak
ada ortostatikhipertensi
|
v Monitor nyeri dada (durasi, intensitas dan faktor-faktor presipitasi)
v Auskultasi suara jantung dan paru
v Monitor peningkatan kelelahan dan kecemasan
|
1. Pernafasan
yang tidak adekuat dapat disebabkan oleh nyeri dada.
2. Mengetahui
adanya kelainan pada irama jantung.
3. Membantu
dalam menentukan tindakan relaksasi
|
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, J. 2000. Buku Saku Pathofisiologi.
Jakarta : EGC.
NANDA, Nursing
Diagnosis: Definition and classification 2005-2006. NANDA International
Philadelphia
Closkey and
buckhek, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC) second edotion by
Mosby Year Book, Inc. New York
Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.
Media Aeusculapius. Jakarta
BAB I
Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Pembuluh
darah koroner merupakan penyalur aliran darah (membawa 02 dan makanan yang
dibutuhkan miokard agar dapat berfusi dengan baik. penyakit Jantung
Koroner (PJK) adalah salah satu akibat utama arteriosklerosis
(pengerasan pembuluh darah nadi) yang dikenal sebagai
atherosclerosis. Pada keadaan ini pembuluh darah nadi menyempit karena
terjadi endapan-endapan lemak (atheroma dan plaques) pada dindingnya.
Faktor-faktor
resiko untuk terjadinya keadaan ini bisa disebabkan karena
kebiasaan merokok, tekanan darah tinggi, peninggian nilai kolesterol
dalam darah, kegemukan, stress, diabetes mellitus dan riwayat
keluarga yang kuat untuk.. Dengan bertambahnya umur penyakit ini akan lebih
sering ada. pria mempunyai resiko lebih tinggi dari pada wanita, tetapi
perbedaan ini dengan meningkatnya umur akan makin lama makin kecil.
Faktor-faktor
resiko PJK.
Faktor-faktor
resiko penyakit jantung koroner dikenal sejak lama berupa:
1. Hipertensi
2. Kolesterol
darah
3. Merokok
4. Diet
5. Usia
6. Sex
7. Kurang latihan
8. Turunan
Pada
tahun 1772 Herbeden menemukan suatu sindroma gangguan pada dada berupa perayaan
nyeri terlebih-lebih waktu berjalan, mendaki atau segera sesudah makan.
Sebenarnya perasaan nyeri seperti ini tidak saja disebabkan oleh kelainan organ
didalam toraks, akan tetapi dapat juga berasal dari otot, syaraf, tulang dan
faktor psikis. Dalam kaitannya dengan jantung sindroma ini disebut Angina
Pectoris,yang disebabkan oleh karena ketidak seimbangan antara kebutuhan oksigen
miokard dengan penyediaannya.
PJK merupakan
penyakit terbesar pada usia 65 Tahun keatas di seluruh dunia kematian lebih
banyak di negara berkembang. Di Dunia didapatkan 50 juta kematian tiap tahun,
39 juta terdapat di negara sedang berkembang. PJK merupakan 50% sebab
kematian di negara Industri maju dan ¼ kematian di negara berkembang.Pada
Populasi ditemukan 20 % pada Pria dan 12 % pada wanita.
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian
Arteri koroner
adalah pembuluh darah di jantung yang berfungsi menyuplai makanan bagi sel-sel
jantung. Penyakit jantung koroner
terjadi bila pembuluh arteri koroner tersebut tersumbat atau menyempit karena
endapan lemak, yang secara bertahap menumpuk di dinding arteri. Proses
penumpukan itu disebut aterosklerosis,
dan bisa terjadi di pembuluh arteri lainnya, tidak hanya pada arteri koroner.
Kurangnya pasokan
darah karena penyempitan arteri koroner mengakibatkan nyeri dada yang disebut
angina, yang biasanya terjadi saat beraktivitas fisik atau mengalami stress.
Bila darah tidak mengalir sama sekali karena arteri koroner tersumbat,
penderita dapat mengalami serangan jantung yang mematikan. Serangan jantung
tersebut dapat terjadi kapan saja, bahkan ketika Anda sedang beristirahat.
Penyakit jantung
koroner juga dapat menyebabkan daya pompa jantung melemah sehingga darah tidak
beredar sempurna ke seluruh tubuh (gagal jantung). Penderita gagal jantung akan
sulit bernafas karena paru-parunya dipenuhi cairan, merasa sangat lelah, dan
bengkak-bengkak di kaki dan persendian.
Penyakit jantung
koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung artherostrofik) merupakan
suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis ( ketidaknormalan
dan penebalan garis arteri jantung) pada arteri koroner. Unsur
lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam arteri, menutup dan membuat
aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi kurang untuk disuplai ke otot
jantung. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah aterion kiri,
arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah ke
distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di
sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral
berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan
nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply
oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri
koronaria, gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina
pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat
Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993.
B. Etiologi
Penyakit jantung
koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan
arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung. Penyakit jantung koroner adalah
ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau kebutuhan dan penyediaan
oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat atau penyediaan
yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya adalah
berbagai faktor. Denyut jantung yang meningkat, kekuatan berkontraksi yang
meninggi, tegangan ventrikel yang meningkat, merupakan beberapa faktor yang
dapat meningkatkan kebutuhan dari otot-otot jantung. Sedangkan faktor yang
mengganggu penyediaan oksigen antara lain, tekanan darah koroner meningkat,
yang salah satunya disebabkan oleh artheroskerosis yang mempersempit saluran
sehingga meningkatkan tekanan, kemudian gangguan pada otot regulasi jantung dan
lain sebagainya.
Manifestasi
klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia mycocard
akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak
(Margaton, 1996).
a) Kadar
Kolesterol Tinggi.
Penyebab penyakit
jantung koroner adalah endapan lemak pada dinding arteri koroner, yang terdiri
dari kolesterol dan
zat buangan lainnya. Untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner, Anda harus
menjaga kadar kolesterol dalam darah. Kolesterol adalah senyawa lemak kompleks
yang secara alamiah dihasilkan tubuh dan bermanfaat bagi pembentukan dinding
sel dan hormon. Dua pertiga kolesterol diproduksi oleh hati (liver), sepertiga
lainnya diperoleh langsung dari makanan. Kolesterol diedarkan dalam darah
melalui molekul yang disebut lipoprotein. Ada dua jenis lipoprotein,
yaitu low-density lipoprotein (LDL), and high-density
lipoprotein (HDL).
LDL mengangkut
kolesterol dari hati ke sel-sel tubuh. HDL berfungsi sebaliknya, mengangkut
kelebihan kolesterol ke hati untuk diolah dan dibuang keluar. LDL yang
berlebihan dapat menyebabkan penumpukan kolesterol pada dinding arteri sehingga
disebut “kolesterol jahat”. Kadar LDL yang optimal adalah 100- 129 mg/dL.
Kelebihan LDL menyebabkan HDL “kewalahan” membuang kolesterol yang berlebih.
Total kolesterol yang dianjurkan (HDL + LDL) adalah di bawah 200 mg/dL (border
line = 240).
Tekanan darah tinggi menambah kerja
jantung sehingga dinding jantung menebal/kaku dan meningkatkan risiko penyakit
jantung koroner.
Ada dua pengukuran tekanan darah.
Tekanan sistolik adalah tekanan darah yang memancar dari jantung ke seluruh
tubuh. Tekanan diastolik adalah tekanan darah yang kembali mengisi jantung.
Secara umum orang dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darah
sistolik/diastoliknya di atas 140/90 mmHg.
c) Trombosis
Trombosis adalah
gumpalan darah pada arteri atau vena. Bila trombosis terjadi pada pembuluh
arteri koroner, maka Anda berisiko terkena penyakit jantung koroner. Trombosis
biasanya berada pada dinding pembuluh yang menebal karena aterosklerosis.
Merokok meningkatkan risiko trombosis hingga beberapa kali lipat.
d) Kegemukan
Kegemukan
(obesitas) meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan diabetes. Orang yang
kegemukan juga cenderung memiliki kadar HDL rendah/LDL tinggi.
Diabetes
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, terlebih bila kadar gula darah
tidak dikontrol dengan baik. Dua pertiga penderita diabetes meninggal karena
penyakit jantung dan gangguan kardiovaskuler lainnya.
f) Penuaan
Resiko penyakit
jantung koroner meningkat seiring usia. Semakin tua, semakin menurun
efektivitas organ-organ tubuh, termasuk sistem kardiovaskulernya. Lebih dari 80
persen penderita jantung koroner berusia di atas 60 tahun. Laki-laki cenderung
lebih cepat terkena dibandingkan perempuan, yang risikonya baru meningkat
drastis setelah menopause.
g) Keturunan
Risiko Anda lebih
tinggi bila orang tua Anda juga terkena penyakit jantung koroner, terlebih bila
mulai mengidap di usia kurang dari 60 tahun.
C. Patofisiologi
Penyakit jantung
koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung lipoprotein,
kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau
permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar,
jaringan akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark,
penyakit jantung koroner menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau
bila terjadi iskemia miokard seperti angina pectori. Kolesterol serum dibawa
oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan menurut densitasnya.
Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron. VLDL (Very
Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High Density
Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling
aterojenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol
di metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai
beresiko penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol
LDL-nya (Moore, 1997).
D. Pemeriksaan
Diagnostik
1. Tes
Laboratorium
Tes laboraturium
dilakukan untuk alasan berikut ini :
a. Membantu
diagnosa infaks miokard akut (angina pectoris yaitu nyari dada akibat
kekurangan supla darah kejantung, tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
darah maupun urine).
b. Mengukur
abnormalitas kimia darah yang dapat mempengaruhi proknosis pasien jantung
c. Mengkaji
derajat proses radang.
d. Skrining
factor resiko yang berhubungan dengan adanya penyakit arteri koronaria,
arteroklerotik.
e. Menentukan
nilai dasar sebelum intervensi terapeutik
f. Mengkaji
kadar serum obat.megkaji efek pengobatan (misalnya efek diuretika pada kadar
kalium serum).
g. Krining
terhadap setiap abnormalitas. Karena terdapat berbagai metode pengukuran yan
berbeda. Maka nilai normal dapat berbada antara satu tes laboraturium dengan
tes lainnya.
2. Enzim jantung
Analisis enzim
jantung dalam plasma merupakan bagian dari profil diagnostic.Yang meliputi
riwayat, gejala, dan elekrokardiogram.Untuk mendignosa infaks miokard.enzim
dilepaskan dari sel mengalami cedera dan membrannya pecah.Kebanyakan enzim
tidak sfesifik dalam hubungannya dengan organ tertentu yang rusak.Namun
berbagai isoenzim hanya dihasilkan oleh sel miokardium dan dilepaskan bila sel
mengalami kerusakan akibat hipoksia lama dan mengakibatkan infark. Isoenzim
bocor ke rongga intrtisial miokardium da kemdian diankut ke peredaran darah
umum oleh system limfa dan peredaan koronaria, mengakibatkan peningkatan kadar
dalam darah.Karena enzim yang berbeda dilepaskan kedalam darah pada periode
yang berbeda setelah infark miokard. Maka sangat penting mengevaluasi kadar
enzim yang dihubungkan dengan waktu awitan nyeri dada atau gejala lainnya.
Kreatinin kinase(CK) dan isoenzimnya (CK-MB) adalah enzim paling spesifik yang
dianalisa untuk mendiagnosa infark jantung akut, dan merupakan enzim pertama
yang meningkat.
3. Kimia darah
Profil Lemak,
kolestrol total, dan lipoprotein diukur untuk mengevaluasi risiko
aterosklerotik, khususnya ada bila riwayat keluarga yang positif, atau untuk
mndiagnosa abnormalias lipoprotein tertentu. Kolestrol serum total yang
meningkat di atas 200 mg/ml merupakan predictor peningkatan risiko penyakit
jantung koroner (CAD).
Elektrolit Serum,
elektrolit serum dapat mempengaruhi prognosis pasien dengan infark miokard akut
atau setiap kondisi jantung. Natriun serum mencermikan kseimbangan cairan
relatip.Secara umum, hiponatremia menunjukan kekurangan cairan.Kalsium sngat
penting untuk koagulasi darah dan aktivitas neuromuskuler Hipokalsemiar dan
hiperkalsemia dapat menyebabkan perubahan EKG dan disritania.
Nitrogen Urea
Darah, nitrogen urea darah (BUN) adalah produk akhir metabolisme potein dan
diekskresikan oleh ginjal. Pada pasien jantung peningkatan BUN dapat
mencermikan penurunan perpusi ginjal akibat penurunan curah jantung atau
pengurangan volume cairan intravaskuler akibat terapi diureakan.
Glukosa, glukosa
serum harus dipantau karena kebanyakan pasien jantung juga menderita serum
diabetes mellitus. Glukosa serum sedikit meningkat pada keadaan stress akibat
mobilisasi epinetrin endogen yang menyebabkan konversi glikogen hepar menjadi
glukosa.
4. Sinar-X dada
dan fluoruskopi
Pemeriksaan
sinar-x dilakukan untuk menetukan ukuran.Kontur dan posisi jantung.Pemeriksaan
ini dapat memperlihatkan adanya kalsitikasi jantung dan pericardial dan menunjukan
adanya perubahan fisiologis sirkulasi pulmonary. Pemeriksaan ini tidak membantu
diagnosa infark miokard akut, namun dpat menguatkan adanya komplikasi tertentu
(misalnya, gagal jantung kongestif ). Pemasanga kateter, seperti pacu
jantungtau kateter arteri pulmonal dapat juga dilihat dilihat melalui
pemeriksan sinar-x.
5. Elektrokardiografi
Elektrokardiogram
(EKG) mencermikan aktivitas listrik jantung yang disadap dari berbagai sudut
pada permukaan kulit.
E. Penatalaksanaan
1. Nitrat
2. Obat
pertama dipilih untuk mengurangi angina pectoris
3. Penghambat
beta-adrenergik dan agen penyekat saluran kalsium. Jika
nitrat gagal untuk mengontrol serangan.
4. Modifiksi
diet (mengurangi makan yng mengandung lemak dan rendah kolesterol)
5. Obat-obatan
penirunan lemak dalam serum jika tindakan diet gagal dalam mempertahankan kadar
kolesterol dalam darah kurang dari 200mg/dL;
· agen yang membatasi produksi
lipoprotein, yaitu asam nikotinik (niacin) dan klofibrat (Atromi-S)
· agen yang mempercepat
pembuangan lipoprotein, yaitu kolestiramin (Questran)
F. Pengobatan
Pengobatan
penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami
pasien.
1. Perubahan
Gaya Hidup
Pola makan sehat
dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan, penting untuk
melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak, khususnya lemak jenuh,
dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang merupakan komponen utama
kumpulan yang berkontribusi terhadap penyempitan arteri jantung.
Olah raga teratur
berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Olah raga membantu kita untuk
menjadi fit dan membangun system sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita
menurunkan berat badan. Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan
insiden hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih
tinggi, semua yang dapat merusak arteri jantung.
2. Pengendalian
factor resiko utama penyakit jantung koroner
Diabetes melitus,
merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah empat
faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi.
Pengendalian keempat factor resiko utama ini dengan baik melalui perubaha gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis,dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.
Pengendalian keempat factor resiko utama ini dengan baik melalui perubaha gaya hidup dan/atau obat-obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis,dan menurunkan resiko komplikasi seperti serangan jantung.
3. Terapi
Medis
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum diantaranya:
· Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
· Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
· Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
· Angiotensin-Converting
Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and Angiotensin Receptor
Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu menurunkan tekanan darah.
· Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat,
Simvastatin, Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol ‘jahat’ (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol ‘jahat’ (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
BAB III
Asuhan Keperawtan
No
|
Diagnosa
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
|
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas alveoli.
|
Kaji bunyi paru, frekuensi
napas,kedalaman dan usaha.
Pantau saturasi O2dengan
oksimeter nadi.
Pantau status mental ex : tngkat
kesadaran.
|
Gangguan pertukaran gas akan
terkurangi yang dibuktikan dengan status pernapasan : pertukaran gas dan
status pernafasan : ventilasi tidak bermasalah.
|
2.
|
Intoleran aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen miokard.
Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan nafsu makan.
|
Bantu pasien/keluarga untuk
memonitor sendiri kemajuannya terhadap tujuan yang ingin dicapai.
Bantu dengan aktifitas fisik
teratur, ex :ambulansi, transfer, berpindah dan perawatan pribadi (sesuai
kebutuhan).
|
Pasien mampu aktif untuk memulai
dan memelihara aktifitas dan mampu beraktivitas.
|
3.
|
Menurun sekunder terdadap pola
nafas yang tidak efektif.
|
Mempertahankan berat badan.
Menjelaskan komponen keadekuatan
diet bergizi
|
Bantuan menaikkan berat badan :
fasilitasi pencapaian kenaikan berat badan.
Tentukan motivasi pasien untuk
mengubah kebiasaan makan.
Timbang pasien pada interval yang
tepat.
|
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus